Rabu, 23 Maret 2011

KERAJINAN BUAH BULIN

Buah bulin sebagai bahan baku kerajinan

Pohon bulin

          Lahirnya kerajinan buah bulin diawali sekelompok pemuda yang tergabung dalam Arsel Community sejak memperingati Hari Sumpah Pemuda wilayah Sijuk, Belitung 28 Oktober 2010. Kelompok pemuda dengan anggota sekitar 60 orang tersebut diketuai oleh Adi Darmawan (33 thn), bergerak dalam berbagai kegiatan guna menyelamatkan lingkungan di sekitarnya. Juga memberikan peluang kerja dan usaha kepada pemuda maupun masyarakat lainnya melalui aneka usaha kreatif.  Bekerjasama dengan pemerintah daerah guna membantu masyarakat melakukan penanaman di lahan-lahan kosong dan terlantar baik dalam kegiatan hutan rakyat maupun turus jalan. Saat ini telah membangun hutan rakyat seluas 40 ha dengan tanaman sengon, mahoni dan eucalyptus. Juga bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan membangun kolam ikan baik sebagai budidaya maupun lokasi pemancingan.

Asbak dengan bentuk satwa
          Kerajinan buah bulin memberikan wadah dan peluang bagi pemuda berbakat dan kreatif dalam bidang kerajinan. Berbagai bentuk kerajinan dihasilkan, dan kini telah membuat sekitar sepuluh jenis kerajinan baik sebagai benda pakai maupun, benda hias maupun sebagai souvenir seperti asbak, tempat korek, gantungan kunci, miniatur satwa, motor, sepeda dan lain sebagainya. Kulit buah bulin yang bertekstur dan unik tersebut memberikan warna dan daya tarik tersendiri bagi penggemar barang-barang kerajinan tangan. Keunikan tersebut membawa hasil dalam lomba kerajinan asli Indonesia di Jakarta, menduduki peringkat dua terbaik yang memberikan peluang tempat pemasaran selanjutnya, sebuah showroom di Blok M Plaza gratis selama satu tahun.
          Bentuk miniatur berbagai satwa dan alat transportasi dari buah bulin memang terlihat unik namun mengagumkan, keterampilan perajin dari desa Air Selumar tersebut membuahkan hasil dalam meningkatkan pendapatan perekonomian bagi diri maupun keluarganya. Bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengikuti pameran di berbagai event baik di Belitung sendiri maupun di kota-kota lain. Hal tersebut tentunya dapat mengangkat nama daerah melalui bentuk kerajinan yang memang memiliki bahan yang belum pernah dijumpai di tempat lain. Kreatifitas melalui bentuk-bentuk ketajinan oleh pemuda memberikan nuansa baru dalam blantika kerajinan Indonesia, terlebih bentuk-bentuk tersebut hadir dengan alat seadanya secara manual yang mengandalkan ketekunan perajin dalam mengolah bahan untuk dijadikan sebuah bentuk kerajinan melalui kterampilan jemari tangannya.

Miniatur kera
          Kekhasan kerajinan buah bulin oleh komunitas pemuda tentunya masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Perhatian secara serius dari pemerintah daerah serta bantuan para pihak terkait masih diperlukan guna meningkatkan kreatifitas sekaligus perekonomian mereka. Agar kerajinan buah bulin yang kini telah turun gunung tersebut dapat tetap bertahan dan diakui diantara bentuk-bentuk kerajinan lain yang telah hadir,  dikenal dan banyak digemari orang secara berkelanjutan. Sementara pohon Bulin akan tetap ada dan tumbuh di habitatnya Gunung Paramon.


          Utuk tetap mempertahankan keberadaan pohon Bulin, serta berlangsungnya kegiatan kerajinan buah bulin maka dilaksanakan juga pembibitan serta penanaman bibit pohon Bulin oleh petugas yang telah ditunjuk oleh komunitas pemuda. Petugas tersebut tentunya yang berpengalaman dalam memilih buah bulin, baik sebagai bibit maupun sebagai bahan kerajinan. Hal tersebut guna menghindari hal-hal yang dapat mengganggu pohon beserta buah bulin dan lingkungan sekitarnya yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit yang ada dan tumbuh secara alami, sehingga kelestariannya akan terhambat.
          Kepedulian masyarakat beserta pemuda di Air Selumar akan lingkungan alamnya merupakan sebuah upaya positif guna melindungi dan melestarikan potensi yang ada secara berkelanjutan.  Disisi lain memberikan manfaat ekonomi yang tinggi dalam sebuah wadah kelompok perajian dengan kreatifitasnya menjadikan buah bulin sebagai suatu bentuk unik yang dapat menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Belitung khususnya. Karena produk-produk kerajinan buah bulin tersebut kini semakin banyak diminati dan banyak pemesan yang datang ke gallery sebagai pusat pembuatan dan penjualan kerajinan buah bulin.
          Modal usaha guna mempercepat produksi dengan mengganti peralatan manual dengan peralatan modern perlu dilakukan, sehingga pesanan dan pemasaran akan semakin mudah dan cepat diselesaikan sesuai permintaan. Disini mungkin perlu nya peran bapak angkat sebagai pemberi modal sebagai pinjaman lunak kepada kelompok perajin tersebut agar kreatifitas perajin tidak mandeg hanya karena pemasaran barang kerajinan berhenti ditempat dan lambat menghasilkan uang sehingga sulit bagi mereka meningkatkan pendapatan dari kerja usaha sebagai perajin buah bulin.
          Apabila kegiatan kerajinan oleh kelompok pemuda tersebut berhenti tentunya amat disayangkan dan potensi besar yang ada akan lenyap tertelan bersama hilangnya sebuah bentuk dan warna khas daerah yang terlahir dalam bentuk kerajinan tangan rakyat Indonesia, khususnya Belitung.  Bentuk-bentuk kerajinan buah bulin lahir dari ide-ide kreatif  para pemuda yang memang telah memiliki keahlian dalam mengolah kulit buah bulin menjadi benda yang lebih menarik, unik dan tentunya memiliki nilai seni tersendiri, baik sebagai benda pakai maupun benda hias atau souvenir, juga memiliki nilai ekonomi yang dapat memberikan manfaat bagi para perajin buah bulin di desa Air Selumar tersebut.

Miniatur vespa
Para perajin memanfaatkan berbagai ukuran maupun tekstur dari buah bulin dalam produk yang disesuaikan. Hal tersebut mudah dikerjakan dan tentunya memberikan hasil yang baik dan menarik sesuai dengan keinginan maupun fungsi daripada benda dimaksud agar mudah diterima oleh para penggemar barang kerajinan khususnya dari buah bulin. Hasil kerajinan tentunya tersebut memiliki aneka daya tarik baik yang bersifat natural dan etnis maupun dengan aneka corak warna serta bentuk yang menarik. Warna-warna natural yang ada dimanfaatkan sehingga menimbulkan  warna tersendiri. Sehingga kerajinan  tersebut memiliki kesan bagi orang yang melihatnya, karena bentuknya yang indah, unik, etnis namun terlihat exklusif, terlebih bentuk-bentuk kerajinan buah bulin itu masih sulit didapat di tempat lain atau di pasaran seperti souvenir yang kini menjamur di berbagai tempat penjualan barang kerajinan.
Produksi kerajinan buah bulin oleh kelompok masyarakat di Air Selumar, Sijuk, Kabupaten Belitung kiranya sebuah upaya yang perlu untuk dikembangkan lebih lanjut agar kegiatan tersebut dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat secara berkesinambungan bagi masyarakat di sekitarnya. Tentunya masih perlu adanya kerjasama dengan pihak l terkait yang dapat memberikan pembinaan hingga kegiatan tetap dapat berjalan dengan baik hingga  masa akan datang secara turun temurun.

Miniatur sepeda
Disisi lain tanaman Bulin di Gunung Paramon dan sekitarnya  yang semakin berkurang habitusnya tentu dapat dipertahankan serta dilestarikan lebih lanjut.  Sehingga keseimbangan konservasi dan pemanfaatannya dapat terjaga dengan baik. Lahan-lahan yang kosong dan terlantar dapat dikelola secara optimal dengan tanaman bulin tersebut. Dan dipihak lain masyarakat dapat bekerjasama dengan pihak terkait dalam pengelolaannya agar lingkungan dapat bertahan secara lestari bersama peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan kerajinan buah bulin. (daniel,2011)

KERAJINAN BUAH BULIN

Buah bulin sebagai bahan baku kerajinan

Pohon bulin

          Lahirnya kerajinan buah bulin diawali sekelompok pemuda yang tergabung dalam Arsel Community sejak memperingati Hari Sumpah Pemuda wilayah Sijuk, Belitung 28 Oktober 2010. Kelompok pemuda dengan anggota sekitar 60 orang tersebut diketuai oleh Adi Darmawan (33 thn), bergerak dalam berbagai kegiatan guna menyelamatkan lingkungan di sekitarnya. Juga memberikan peluang kerja dan usaha kepada pemuda maupun masyarakat lainnya melalui aneka usaha kreatif.  Bekerjasama dengan pemerintah daerah guna membantu masyarakat melakukan penanaman di lahan-lahan kosong dan terlantar baik dalam kegiatan hutan rakyat maupun turus jalan. Saat ini telah membangun hutan rakyat seluas 40 ha dengan tanaman sengon, mahoni dan eucalyptus. Juga bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan membangun kolam ikan baik sebagai budidaya maupun lokasi pemancingan.

Asbak dengan bentuk satwa
          Kerajinan buah bulin memberikan wadah dan peluang bagi pemuda berbakat dan kreatif dalam bidang kerajinan. Berbagai bentuk kerajinan dihasilkan, dan kini telah membuat sekitar sepuluh jenis kerajinan baik sebagai benda pakai maupun, benda hias maupun sebagai souvenir seperti asbak, tempat korek, gantungan kunci, miniatur satwa, motor, sepeda dan lain sebagainya. Kulit buah bulin yang bertekstur dan unik tersebut memberikan warna dan daya tarik tersendiri bagi penggemar barang-barang kerajinan tangan. Keunikan tersebut membawa hasil dalam lomba kerajinan asli Indonesia di Jakarta, menduduki peringkat dua terbaik yang memberikan peluang tempat pemasaran selanjutnya, sebuah showroom di Blok M Plaza gratis selama satu tahun.
          Bentuk miniatur berbagai satwa dan alat transportasi dari buah bulin memang terlihat unik namun mengagumkan, keterampilan perajin dari desa Air Selumar tersebut membuahkan hasil dalam meningkatkan pendapatan perekonomian bagi diri maupun keluarganya. Bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengikuti pameran di berbagai event baik di Belitung sendiri maupun di kota-kota lain. Hal tersebut tentunya dapat mengangkat nama daerah melalui bentuk kerajinan yang memang memiliki bahan yang belum pernah dijumpai di tempat lain. Kreatifitas melalui bentuk-bentuk ketajinan oleh pemuda memberikan nuansa baru dalam blantika kerajinan Indonesia, terlebih bentuk-bentuk tersebut hadir dengan alat seadanya secara manual yang mengandalkan ketekunan perajin dalam mengolah bahan untuk dijadikan sebuah bentuk kerajinan melalui kterampilan jemari tangannya.

Miniatur kera
          Kekhasan kerajinan buah bulin oleh komunitas pemuda tentunya masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut. Perhatian secara serius dari pemerintah daerah serta bantuan para pihak terkait masih diperlukan guna meningkatkan kreatifitas sekaligus perekonomian mereka. Agar kerajinan buah bulin yang kini telah turun gunung tersebut dapat tetap bertahan dan diakui diantara bentuk-bentuk kerajinan lain yang telah hadir,  dikenal dan banyak digemari orang secara berkelanjutan. Sementara pohon Bulin akan tetap ada dan tumbuh di habitatnya Gunung Paramon.


          Utuk tetap mempertahankan keberadaan pohon Bulin, serta berlangsungnya kegiatan kerajinan buah bulin maka dilaksanakan juga pembibitan serta penanaman bibit pohon Bulin oleh petugas yang telah ditunjuk oleh komunitas pemuda. Petugas tersebut tentunya yang berpengalaman dalam memilih buah bulin, baik sebagai bibit maupun sebagai bahan kerajinan. Hal tersebut guna menghindari hal-hal yang dapat mengganggu pohon beserta buah bulin dan lingkungan sekitarnya yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit yang ada dan tumbuh secara alami, sehingga kelestariannya akan terhambat.
          Kepedulian masyarakat beserta pemuda di Air Selumar akan lingkungan alamnya merupakan sebuah upaya positif guna melindungi dan melestarikan potensi yang ada secara berkelanjutan.  Disisi lain memberikan manfaat ekonomi yang tinggi dalam sebuah wadah kelompok perajian dengan kreatifitasnya menjadikan buah bulin sebagai suatu bentuk unik yang dapat menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Belitung khususnya. Karena produk-produk kerajinan buah bulin tersebut kini semakin banyak diminati dan banyak pemesan yang datang ke gallery sebagai pusat pembuatan dan penjualan kerajinan buah bulin.
          Modal usaha guna mempercepat produksi dengan mengganti peralatan manual dengan peralatan modern perlu dilakukan, sehingga pesanan dan pemasaran akan semakin mudah dan cepat diselesaikan sesuai permintaan. Disini mungkin perlu nya peran bapak angkat sebagai pemberi modal sebagai pinjaman lunak kepada kelompok perajin tersebut agar kreatifitas perajin tidak mandeg hanya karena pemasaran barang kerajinan berhenti ditempat dan lambat menghasilkan uang sehingga sulit bagi mereka meningkatkan pendapatan dari kerja usaha sebagai perajin buah bulin.
          Apabila kegiatan kerajinan oleh kelompok pemuda tersebut berhenti tentunya amat disayangkan dan potensi besar yang ada akan lenyap tertelan bersama hilangnya sebuah bentuk dan warna khas daerah yang terlahir dalam bentuk kerajinan tangan rakyat Indonesia, khususnya Belitung.  Bentuk-bentuk kerajinan buah bulin lahir dari ide-ide kreatif  para pemuda yang memang telah memiliki keahlian dalam mengolah kulit buah bulin menjadi benda yang lebih menarik, unik dan tentunya memiliki nilai seni tersendiri, baik sebagai benda pakai maupun benda hias atau souvenir, juga memiliki nilai ekonomi yang dapat memberikan manfaat bagi para perajin buah bulin di desa Air Selumar tersebut.

Miniatur vespa
Para perajin memanfaatkan berbagai ukuran maupun tekstur dari buah bulin dalam produk yang disesuaikan. Hal tersebut mudah dikerjakan dan tentunya memberikan hasil yang baik dan menarik sesuai dengan keinginan maupun fungsi daripada benda dimaksud agar mudah diterima oleh para penggemar barang kerajinan khususnya dari buah bulin. Hasil kerajinan tentunya tersebut memiliki aneka daya tarik baik yang bersifat natural dan etnis maupun dengan aneka corak warna serta bentuk yang menarik. Warna-warna natural yang ada dimanfaatkan sehingga menimbulkan  warna tersendiri. Sehingga kerajinan  tersebut memiliki kesan bagi orang yang melihatnya, karena bentuknya yang indah, unik, etnis namun terlihat exklusif, terlebih bentuk-bentuk kerajinan buah bulin itu masih sulit didapat di tempat lain atau di pasaran seperti souvenir yang kini menjamur di berbagai tempat penjualan barang kerajinan.
Produksi kerajinan buah bulin oleh kelompok masyarakat di Air Selumar, Sijuk, Kabupaten Belitung kiranya sebuah upaya yang perlu untuk dikembangkan lebih lanjut agar kegiatan tersebut dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat secara berkesinambungan bagi masyarakat di sekitarnya. Tentunya masih perlu adanya kerjasama dengan pihak l terkait yang dapat memberikan pembinaan hingga kegiatan tetap dapat berjalan dengan baik hingga  masa akan datang secara turun temurun.

Miniatur sepeda
Disisi lain tanaman Bulin di Gunung Paramon dan sekitarnya  yang semakin berkurang habitusnya tentu dapat dipertahankan serta dilestarikan lebih lanjut.  Sehingga keseimbangan konservasi dan pemanfaatannya dapat terjaga dengan baik. Lahan-lahan yang kosong dan terlantar dapat dikelola secara optimal dengan tanaman bulin tersebut. Dan dipihak lain masyarakat dapat bekerjasama dengan pihak terkait dalam pengelolaannya agar lingkungan dapat bertahan secara lestari bersama peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar melalui kegiatan kerajinan buah bulin. (daniel,2011)

PESONA WISATA ALAM PULAU KEMBANG

Pulau Kembang sebagai kawasan konservasi yang memiliki daya tarik alam tersendiri. Hutan mangrove yang terletak di sungai Barito, Banjarmasin, Kalimantan Selatan tersebut merupakan habitat kera ekor panjang dan bekantan tersebut kini banyak dikunjungi wisatawan. Memiliki legenda menarik sebagai wisata budaya disamping bermanfaat sebagai lokasi penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
TWA Pulau Kembang
 
          Wisata Alam Pulau Kembang merupakan salah satu pulau yang berada di sungai Barito, yang terletak di Desa Alalak, Kecamatan Alalak dan Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala. Kawasan ini merupakan wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Kalimantan Selatan yang berjarak sekitar 2 km dari kota Banjarmasin, dan dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor selama 10 menit-15 menit.

Perahu motor sebagai sarana transportasi ke Pulau Kembang
       Kawasan TWA dengan luas 60 ha ditunjuk berdasarkan Sk Menhut pada tahun 1976, dan pada tahun 1992 dan tahun 1995 areal seluas 6 ha dikelola oleh pihak ketiga. Namun dalam perkembangannya kurang maksimal sehingga belum banyak menyerap wisatawan yang datang ke lokasi tersebut. Maka pada tahun 2009 BKSDA Kalimantan Selatan yang berkedudukan di Banjarbaru berupaya merubah strategi guna meningkatkan fungsi TWA sebagai lokasi wisata yang lebih menarik dan banyak dikunjungi para wisatawan baik wisatawan domestik maupun manca negara.
      Secara perlahan namun penuh kepastian BKSDA bersama pihak terkait membentuk POKJA guna meningkatkan berbagai fasilitas agar lebih menarik perhatian para wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Kembang. Pengunjung yang sebelumnya kurang dari 1000 dalam setiap bulannya, kini telah mencapai lebih dari 3000 orang dalam setiap bulannya. Tentunya sebuah langkah awal yang baik dan membuahkan hasil dalam meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Salah satu sudut daya tarik wisatawan
        Adapun potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik di Pulau Kembang antara lain adalah sebagai berikut :
POTENSI BIOTIK
        Kawasan TWA Pulau Kembang memiliki tipe ekosistem hutan mangrove, dan jenis tumbuhan yang dapat dijumpai disana antara lain jenis api-api (Avicenia marina), rimbai (Sonneratia alba), Jingah (Gluta renghas) dan panggang (Ficus rebusa).  Merupakan habitat beberapa satwa liar, seperti kera ekor panjang, Bekantan, Lutung, Ular, Elang Bondol, Elang Laut.